Sekilas Profil Ahmad Tohari

Novel, cerpen, puisi karya Ahmad Tohari
Berikut biodata Ahmad Tohari, dikutip dari Wikipedia Bahasa Indonesia.
Ahmad Tohari, (lahir di Tinggarjaya, Jatilawang, Banyumas, Jawa Tengah, 13 Juni 1948; umur 68 tahun) yaitu sastrawan dan budayawan berkebangsaan Indonesia. Ia menamatkan Sekolah Menengan Atas di Purwokerto. Karya monumentalnya, Ronggeng Dukuh Paruk, sudah diterbitkan dalam banyak sekali bahasa dan diangkat dalam film layar lebar berjudul Sang Penari. Ia pernah mengenyam kursi kuliah, yakni Fakultas Ilmu Kedokteran Ibnu Khaldun, Jakarta (1967-1970), Fakultas Ekonomi Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto (1974-1975), dan Fakultas Ilmu Sosial & Ilmu Politik Universitas Jenderal Soedirman (1975-1976). Tulisan-tulisannya berisi gagasan kebudayaan dimuat di banyak sekali media massa. Ia juga menjadi pembicara di banyak sekali diskusi/seminar kebudayaan.
Dalam dunia jurnalistik, Ahmad Tohari pernah menjadi staf redaktur harian Merdeka, majalah Keluarga dan majalah Amanah, semuanya di Jakarta. Dalam karier kepengarangannya, penulis yang berlatar kehidupan pesantren ini telah melahirkan novel dan kumpulan dongeng pendek. Beberapa karya fiksinya antara lain trilogi Ronggeng Dukuh Paruk telah terbit dalam edisi Jepang, Jerman, Belanda dan Inggris. Tahun 1990 pengarang yang punya hobi mancing ini mengikuti International Writing Programme di Iowa City, Amerika Serikat dan memperoleh penghargaan The Fellow of The University of Iowa. 
 dikutip dari Wikipedia Bahasa Indonesia Sekilas Profil Ahmad Tohari
Foto: jogjanews.com
Ronggeng Dukuh Paruk, novel yang diterbitkan tahun 1982 berkisah perihal pergulatan penari tayub di dusun kecil, Dukuh Paruk pada masa pergolakan komunis. Karyanya ini dianggap kekiri-kirian oleh pemerintah Orde Baru, sehingga Tohari diinterogasi selama berminggu-minggu. Hingga akibatnya Tohari menghubungi sahabatnya Gus Dur, dan akibatnya terbebas dari intimidasi dan jerat hukum. 
Bagian ketiga trilogi, berjudul Jantera Bianglala, diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dan cuplikannya dimuat dalam Jurnal Manoa edisi Silenced Voices terbitan Honolulu University tahun 2000, termasuk bab yang disensor dan tidak dimuat dalam edisi bahasa Indonesia. 
Trilogi Ronggeng Dukuh Paruk diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan judul The Dancer oleh Rene T.A. Lysloff. Trilogi ini juga difilmkan oleh sutradara Ifa Irfansyah dengan judul Sang Penari (2011). Tohari menunjukkan apresiasi yang tinggi terhadap para pembuat film Sang Penari, dan berujar ini akan jadi dokumentasi visual yang menarik versi rakyat, bukan versi kota sebagaimana dalam film-film sebelumnya. [6]Pada bulan Desember 2011, Ahmad Tohari mengungkapkan bahwa dirinya berencana untuk melanjutkan Triloginya menjadi Tetralogi dengan menciptakan satu novel lagi. 

Kumpulan karya Ahmad Tohari

  • Kubah (novel, 1980)
  • Novel Trilogi Ronggeng Dukuh Paruk
  • Ronggeng Dukuh Paruk (novel, 1982)
  • Lintang Kemukus Dini Hari (novel, 1985)
  • Jantera Bianglala (novel, 1986)
  • Di Kaki Bukit Cibalak (novel, 1986)
  • Senyum Karyamin (kumpulan cerpen, 1989)
  • Bekisar Merah (novel, 1993)
  • Lingkar Tanah Lingkar Air (novel, 1995)
  • Nyanyian Malam (kumpulan cerpen, 2000)
  • Belantik (novel, 2001)
  • Orang Orang Proyek (novel, 2002)
  • Rusmi Ingin Pulang (kumpulan cerpen, 2004)
  • Ronggeng Dukuh Paruk Banyumasan (novel bahasa Jawa, 2006)
Rujukan: Wikipedia

Sumber https://femurku.blogspot.com/

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel