Pola Bimbing Membentuk Kepribadian Anak
Kepribadian anak terbentuk tidak begitu saja terjadi, namun sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut psikolog Dr. Rose Mini Agoes Salim, M.Psi, ada dua faktor yang menghipnotis yaitu nature dan nurture, sebagaimana femurku.com kutip dari artikel Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Jumat (3/8/18). Faktor nature berasal dari pemberian Tuhan, yang tentunya sulit untuk diubah, sedangkan nurture merupakan faktor yang dipengaruhi contoh asuh.
''Perlakuan orang bau tanah terhadap anak menawarkan bantuan yang besar sekali terhadap kompetensi sosial, emosi, dan kemampuan kecerdasan atau intelektual anak,'' terperinci Dr. Rose.
Menurutnya, ada empat macam bentuk contoh latih yang
selama ini diterapkan oleh orang bau tanah kepada anak, yaitu: 1. Uninvolved
Yang dimaksud dengan contoh latih ini yaitu kurang terlibatnya orang bau tanah dalam kehidupan si anak. Orangtua cenderung menjaga jarak dengan anak, sehingga hubungan mereka menjadi kurang hangat. Hal ini menjadikan orang bau tanah pasif terhadap pembentukan kepribadian anak. Meski begitu, orangtua tetap memperhatikan dan menyediakan kebutuhan dasar anak ibarat makanan, pendidikan, rumah, dan lain-lain.
2. Indulgent
Pola latih yang kedua ini dimaksudkan bahwa orang bau tanah terlibat dalam kehidupan si anak, namun tidak mengarahkan ke arah yang jelas. Orangtua hanya berpartisipasi sebatas tahu perkembangan anak saja, selebihnya diserahkan sesuai kemauan si anak. Sehingga kepribadian anak tidak terkontrol dengan baik.
3. Authorative
Pola latih selanjutnya yaitu authorative, yaitu orangtua berpartisipasi menciptakan aturan, bahkan jikalau diharapkan bersikap tegas, namun orang bau tanah tetap fleksibel dan menawarkan dukungan, serta melatih anak untuk mengatur dirinya sendiri. Pola latih ibarat ini menghasilkan terbentuknya kepribadian anak yang memiliki rasa tanggung jawab.
4. Authoritarian
Pola latih yang terakhir yaitu authoritarian, yaitu orangtua sangat mengontrol sikap anak, namun tak menjaga kehangatan hubungan dengan anak. Orangtua menciptakan aturan-aturan tegas yang harus ditaati oleh anak, namun dalam menerapkannya orangtua cenderung kaku, sehingga anak merasa hanya ada perintah dan perintah saja.
Keempat contoh latih di atas bergotong-royong sanggup diterapkan oleh orangtua, namun penerapannya haruslah bergantian, sesuai dengan situasi dan kondisi si anak. Orangtua harus paham pada dikala apa si anak harus dikontrol dengan aturan-aturan ketat, namun di kondisi lain orangtua juga harus paham kapan harus menempatkan diri sebagai sahabat bagi anak sehingga tercipta hubungan yang hangat.
Semoga bermanfaat!
Sumber:
Sumber gambar:
Pixabay.com
Sumber https://femurku.blogspot.com/