Mengenal Zat Glukosinolat Dan Sulforafan Pada Sayuran

Glukosinolat merupakan metabolit sekunder yang dibuat dari beberapa asam amino secara umum terdapat pada Cruciferae (Brassicaceae).


Glukosinolat dikelompokkan 3 kelompok, yakni:

  • Glukosinolat alifatik (contoh: sinigrin), terbentuk dari asam amino alifatik (biasanya metionin), 
  • Glukosinolat aromatik (contoh: sinalbin), terbentuk dari asam amino aromatik (fenilalanin atau tirosin)
  • Glukosinolat indol, yang terbentuk dari asam amino indol (triptofan). 

Glukosinolat adalah zat anti gizi yang terdapat pada tumbuhan (family brassicaceae) menyerupai kubis dan sawi. Senyawa ini dipakai sebagai pertahanan tumbuhan terhadap serangan hama pemakan daun. Zat ini sanggup menimbulkan efek keracunan pada hama yang belum menyebarkan resistensi (kekebalan) pada glukosinolat.

Jika anda sering mengkonsumsi makanan mentah yang mengandung glukosinolat (kubis dan sawi) anda akan mengalami penyakit gondok (pembesaran kelenjar tiroid). Disebabkan glukosinolat dalam sistem pencernaan insan sanggup menghambat peresapan iodium (iodine) pada usus halus.

Kekurangan iodium akan mengakibatkan ketidakmampuan badan membentuk hormon tiroksin dalam jumlah cukup. Akibatnya kelenjar tiroid sebagai pabrik tiroksin akan memperbesar jaringannya supaya bisa menghasilkan lebih banyak insulin. Kekurangan iodium secara terus menerus akan mengakibatkan kelenjar tiroid terus membesar dan menimbulkan munculnya gondok di leher.

Glukosinolat merupakan molekul yang dibuat dari protein dan karbohidrat. Zat tersebut bersifat hidrofilik (dapat larut air), sehingga glukosinolat akan tertinggal pada hasil rendaman kubis dan sawi. Pemanasan tepat materi makanan akan merusak glukosinolat lantaran protein akan terdenaturasi saat dipanaskan. Kubis dan sawi yang telah dimasak akan lebih kondusif untuk dikonsumsi lantaran pemanasan menghilangkan efek negatif dari glukosinolat.

Sulforafan,  (R)-1-isotiosiano-4-metil-sulfonil butana,
Sulforafan dalam tumbuhan berikatan dengan molekul gula menjadi glukosinolat. Setelah dimakan sulforafan akan terpisah dari molekul gula.

Sulforafan glukosinolat ditemukan pada sayuran sawi-sawian (Cruciferae), menyerupai brokoli, kubis, bunga kol, turnip, lobak, sawi dan petsai.

Sulforafan menginduksi terbentuknya phase 2 enzyme, dengan demikian karsinogen sanggup dinetralisasi sebelum menghancurkan DNA dan juga menghambat perubahan gugusan benzo-a-pyrene-DNA dan 1,6-dinitropyrene-DNA.

Penelitian epidemiologi mengatakan bahwa orang yang banyak memakan sayuran sawi-sawian terindikasi sanggup mengurangi risiko terkena kanker. Uji terhadap binatang menunjukkan, konsumsi sayuran sawi-sawian mengurangi frekuensi, ukuran, dan jumlah sel tumor.

Penelitian yang dilakukan Tokyo University of Agriculture mengatakan bahwa orang yang memakan 100 gram kecambah brokoli setiap hari selama satu minggu, kadar kolesterol dalam darahnya berkurang.

Brokoli mengandung glukosinolat, yang sanggup memperlambat pemecahan neurotransmiter dan asetilkolin.

Neurotransmiter dan asetilkolin diharapkan oleh sistem saraf sentra untuk berfungsi dengan baik dan menjaga otak serta daya ingat. Kadar asetilkolin yang rendah dalam otak berkaitan dengan penyakit Alzheimer.

Penelitian yang dipublikasikan  Oxidative Medicine and Cellular Longevity pada tahun 2015, Sulforaphane mempunyai sifat anti radang yang sanggup membantu melindungi badan dari hipertensi, ateroskelosis, stroke, dan penyakit jantung. Sulforaphane berfungsi sebagai antioksidan dan membantu menurunkan tekanan darah.

referensi :
Wikipedia
hanahunafaajah.blogspot.com metabolit sekunder


Sumber https://www.brosehat.com/

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel